1.   Pentingnya Menulis
  • Tampil di era digital mendominasi bentuk tulisan
  •  Dengan tulisan, penulis menjadi guru di berbagai penjuru
  • Menulis adalah bekerja untuk keabadian
  •  Tulisan adalah senjata
  • Meningkatkan daya kritis dan kejelian berfikir 
  • Pemegang senjata musti disegani

2.   Pengertian Jurnalisme
Arti jurnalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dalam surat kabar dan sebagainya. Hal-hal yang berkaitan dengan jurnalisme dikatakan jurnalistik.

3.   Pengertian Reportase dan Berita
Reportase dalam KBBI memiliki dua arti, pertama: pemberitaan, pelaporan, kedua: laporan kejadian.

Sedangkan berita adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa.

Sebuah berita yang baik ialah berita yang memiliki nilai, dicirikan antara lain:
1. Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.
2. Berita itu tidak biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum, menarik.
3. Aktual: terbaru, belum "basi".
4. Informatif.
5. Berdampak luas.
6. Sesuai fakta tanpa opini.
7. Penting: pengaruh bagi orang banyak; menyangkut orang penting/terkenal.
 8. Tulisan tidak terlalu panjang dan bertele-tele. 
 

A.Unsur Berita
5 W + 1 H
            (1) What – Apa yang terjadi dalam suatu peristiwa?
            (2) Who – siapa yang terlibat di dalamnya?
            (3) Where – di mana terjadinya peristiwa itu?
            (4) When – kapan terjadi, pukul berapa dimulai dan berakhir.
            (5) Why – mengapa peristiwa itu terjadi?
            (6) How – bagaimana terjadinya?

B. Pendekatan dalam reportase
- Wawancara narasumber.
- Observasi ke lapangan
- Riset dokumentasi, baik melalui buku, majalah maupun media online.

C. Langkah Sebelum Menulis Reportase atau Berita
- Hadir langsung saat peristiwa
- Analisis kejadian
- Jika kegiatan berupa seminar ilmiah maka pahami dulu tema yang akan dikaji
- Siapkan alat perekam
- Jeli pada poin yang disampaikan narasumber

D. Langkah awal menulis reportase
1. Membuat judul singkat, padat dan menarik.
2. Mengumpulkan data 5W 1H.
3. Membuat kerangka berita.
4. Memformat dan membentuk tulisan.
- Biasanya paragraf awal dan terakhir dituliskan hasil dari 5W
- Isi berita memaparkan 1H
- Menyuplik perkataan narasumber. 

Jika cuplikan secara tekstual maka setiap kata yang ditulis harus sesuai dengan apa yang diucapkan narasumber, tanpa tambahan, pengurangan maupun perubahan. Boleh juga menyuplik secara tidak tekstual namun harus sesuai dengan maksud narasumber, dan cuplikan tersebut menjadi tanggung jawab penulis.

4.   Tips menulis reportase dengan baik

A. Perhatikan kaidah EYD/PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)
salah satu faktor yang memengaruhi kualitas sebuah tulisan adalah kerapian dan kesesuaian tulisan pada kaidah-kaidah yang telah diatur dalam PUEBI. Berikut beberapa aturan singkat sesuai PUEBI yang banyak dijumpai di sebuah tulisan. 

(a). Huruf kapital.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai untuk:
- Huruf pertama kata pada awal kalimat.
- Huruf pertama pada sebuah nama orang, nama tahun, bulan, hari, dan nama wilayah geografis. Huruf kapital tidak dipakai untuk kata bin pada nama orang. Misalnya: Abdullah bin Muhammad.
- Huruf pertama semua kata di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti, di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
- Huruf pertama unsur singkatan nama gelar dan pangkat. Misalnya: B.Sc. bachelor of science, S.Pd. sarjana pendidikan.
(b). Titik-koma
Tanda titik dipakai pada akhir sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Surabaya.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian. Misalnya: Saya membeli buku, pena dan tinta. Juga dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimatnya jika anak kalimat mendahulu induk kalimat. Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang.
Penulisan titik dan koma tidak boleh dipisahkan spasi dari kata sebelumnya, dan harus diberi spasi untuk kata setelahnya.
(c). Penulisan kata depan di, ke dan dari.
Kata depan di yang digunakan pada kata tempat dan waktu berbeda dengan kata di yang digunakan untuk kata pasif. Penggunaan kata di untuk kata tempat dan waktu harus dipisah dengan spasi, karena di tersebut adalah kata tersendiri. Lain halnya dengan di dalam kata pasif, maka harus digandeng dengan kata kerja tersebut.
Contoh: Zaid dipukul oleh Amar di Masjid.
Kata depan ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Contoh: Zaid berangkat ke Bandung pagi tadi.

B. Tidak sembarang menyingkat kata.
Dalam tulisan resmi atau artikel, penulis tidak diperkenankan menyingkat kata dengan sembarangan. Setiap kata harus ditulis dengan ejaan yang sempurna. Misalnya: Zaid adalah tmnku yg baik. 

C. Atur panjang paragraf.
Salah satu hal yang membuat tulisan mempunyai nilai adalah kerapian tulisan dengan panjang tiap paragraf yang selaras dan teratur. Sebagian penulis ada yang membatasi tulisan di setiap paragrafnya dengan berapa puluh kata, sekian baris dan sebagainya.


D. Atur panjang setiap kalimat.
Membaca itu seperti maraton. Yang mengatur kecepatan lari dan nafas dalah penulis. Maka sebagai penulis, kita musti atur panjang lintasan dan ritme bacaan. Beri kesempatan pembaca untuk mengatur nafasnya. Sebuah kalimat yang terlalu panjang, atau dengan peletakan titik-koma yang tidak beraturan, akan membuat para pembaca merasa cepat letih, bosan dan ngos-ngosan.

E. Atur jalannya alur tulisan.
Agar tulisan berasa mengalir, perlu disajikan dengan alur yang rapi dan runtut. Hal ini bisa diatur sejak penyusunan kerangka tulisan, atau dengan mengulang-ulang kembali membaca tulisan sebelum dipublikasikan.

F. Tidak banyak mengulang diksi kata yang sama.
Salah satu hal yang mengurangi kualitas tulisan adalah banyaknya satu diksi kata yang terulang dengan jarak yang berdekatan. Maka, usahakan dalam satu paragraf singkat tidak terjadi satu diksi yang terulang. Perbanyak perbendaharaan kata yang sinonim untuk modal tulisan Anda. Seperti kata adalah, ialah, merupakan, yaitu, yakni dsb. Ketika, saat, pas, sedangkan, sementara dll.

5. Apa yang harus diperhatikan seorang reporter
1. Sering baca reportase atau tulisan orang lain.
2. Kembangkan kualitas baca.
3. Serap kosakata saat membaca.
4. Biasakan buka KBBI.
5. Belajar gaya kepenulisan.
6. Fahami alur fikir penulis sebuah tulisan.
7. Belajar cara menyetir pembaca.
8. Patuhi kode etik jurnalistik.
9. Gunakan bahasa penyampaian yang sopan.


6. Contoh Reportase

Seminar Ilmiah Fikih Kontemporer Angkat Tema Virus HIV/AIDS

Tarim - Kamis malam (9/3) seminar ilmiah seputar fikih kontemporer digelar di Auditorium Universitas Al-Ahgaff Tarim Yaman. Acara ini digelar atas kerjasama pengurus PPI Hadhramaut-Yaman, PCI NU Yaman, FMI Yaman dan Asosiasi Mahasiswa Indonesia (AMI) Al-Ahgaff. 

Dua dosen senior Al-Ahgaff hadir mengisi seminar kali ini, Sayyid Dr. Mosthafa bin Smith sebagai narasumber utama, dan Sayyid Dr. Mohammad bin Abdul Qader Al-Aydrus yang juga merupakan Direktur Institut Ilmu Hadits Darul Ghuraba Tarim sebagai narasumber kedua sekaligus pembanding.

Seminar ini fokus membahas bagaimana sikap seorang ulama fikih mampu menghadapi permasalahan kontemporer yang belum pernah terjadi dan tidak tertulis di kitab-kitab ulama terdahulu. Dalam hal ini, Dr. Mohammad Alaydrus menekankan bahwa seorang ulama seharusnya mampu mengkaji hal-hal baru yang terjadi di masanya, tidak hanya mengeluarkan fatwa halal dan haram, namun juga memberikan sebuah solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Sebagai penunjang, disajikan pula sebuah makalah ilmiah berjudul "Faskh an-Nikah bi Fairus al-Aidiz" karya riset narasumber utama Sayyid Dr. Mosthafa bin Smith. Dalam makalah itu, Dr. Mosthafa memaparkan kajian jikalau salah satu dari pasangan suami istri dinyatakan positif mengidap virus HIV/AIDS apakah pasangannya mempunyai hak khiyar untuk memutus akad nikahnya ataukah tidak.

HIV merupakan sebuah virus berbahaya yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh hingga menyebabkan kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu lemahnya sindrom kekebalan tubuh. Sampai saat ini para ilmuwan belum berhasil menemukan obat yang dapat menyembuhkan pengidapnya secara total. 

Virus ini oleh Dr. Mosthafa dianalogikan dengan penyakit Judzam (Lepra) dan Barosh (Kusta) dengan titik temu sama-sama virus atau penyakit berbahaya, dapat menular pada pasangan maupun anaknya, serta menjadi faktor terhalanginya hubungan suami istri.
Dengan demikian, seorang suami atau istri yang dinyatakan positif berpenyakit HIV/AIDS atau baru mengidap virus HIV belum sampai tahap sindrom AIDS, maka pasangannya mempunyai khiyar dan berhak untuk memutus hubungan pernikahan, bahkan jika ia yakin akan tertular maka haram baginya berhubungan badan.

Seminar ilmiah kali ini berjalan penuh antusias dari ratusan peserta yang terdiri dari para mahasiswa Al-Ahgaff dari berbagai negara, juga para pelajar lain dari luar Al-Ahgaff. Acara dimulai pukul 20.30 sampai 23.30 KSA dan ditutup dengan sesi doa serta penyerahan sertifikat penghargaan kepada kedua narasumber yang diserahkan oleh Taufan Azhari selaku ketua PPI Hadhramaut-Yaman. (Azro)