SAMBUT HARI SANTRI, PPI HADHRAMAUT DAN PCINU YAMAN GELAR SEMINAR “ISLAM DAN CINTA TANAH AIR”



Tarim – Cinta akan Tanah Air agaknya kian menurun disebabkan semakin banyak problematika di Tanah Air. Maka dari itu, pada Selasa malam (18/10), Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama’ (PCINU) Yaman bekerjasama dengan PPI Hadhramaut menggelar Seminar Ilmiah Internasional bertajuk “Islam : Cinta Tanah Air” untuk menggeliatkan kembali cinta tanah air para Mahasiswa.

Hadir sebagai keynote speaker Sayyid Zeid ‘Abdurrahman Bin Yahya bersama dengan Dr. Muhammad ‘Abdul Qadir Al-‘Idrus. Walaupun dihelat di Hadhramaut-Yaman yang notabene cukup jauh dari Indonesia, namun tak mengurangi antusiasme para santri garuda untuk menghadiri acara tersebut. Acara ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa Indonesia saja. Mahasiswa Yaman, Somalia, dan mahasiswa lainya pun turut meramaikan acara. Hingga mencapai ratusan mahasiswa.

Seminar ini menjadi salah satu event dalam peringatan Hari Santri Nasional ke-2 dan Yaman dan Hari Pahlawan ini. Acara dimulai pada pukul 20.15 KSA dengan dimoderatori oleh Maulana Kamal, mahasiswa tingkat satu. Acara yang digelar di Auditorium Fak. Syariah Wal Qonun Universitas Al-Ahgaff, dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Imam Rahmatullah. 

Dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Panitia.“Acara seminar internasional ini adalah gagasan pertama yang digelar untuk memperingati Hari Santri Nasional ke-2 Yaman dan Hari Pahlawan. Maka, Andai kata terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam berjalannya acara ini. kami selaku panitia mohon maaf yang sebesar-besarnya”. Kata Ahmad Sadid Kafrawi, mahasiswa tingkat Akhir Universitas Al Ahgaff Yaman ini dalam sambutannya.

Selanjutnya acara dinahkodai oleh moderator inti, Muhammad Hanif Al-Atthos. Beliau membuka acara dengan membacakan syi’ir gubahan Habib Shaleh Al-Hamid yang berisi tentang keistimewaan Indonesia.

“Islam datang tidak hanya sebagai agama yang damai, bahkan sebagai pendamai bumi ini. Oleh sebab itu, sepatutnya kita menerangkan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari agama. Rosulullah sendiri sangat mencintai Madinah. Sampai beliau sedih saat meninggalkan Madinah sebagaimana disebutkan dalam hadistnya. Itu semua menunjukkan akan keutamaan kota Madinah. Dan menunjukkan bahwa cinta tanah air itu sejalan dengan syariat hingga dikatakan sebagian dari iman”. Sayyid Zeid mengawali seminarnya.

Hubbul Wathon adalah sebuah Instink natural dan tendensi kemanusiaan. Maka, seorang manusia yang normal akan memiliki jalinan yang erat dengan penduduk dan tanah airnya. Manusia yang cinta tanah air adalah ibarat ia cinta pada anaknya, orang tuanya, istrinya dan kerabatnya. Sebab, hal itu adalah cinta yang tertanam dalam tabiat manusia dan asal karakternya.

 Sementara itu, Dr. Ahmad Umar Hasyim mengatakan: “Tanah air yang spesifik adalah suatu tempat manusia hidup dan berkembang. Maka, islam itu mewajibkan manusia untuk mencintai tanah air dan menyeru untuk menjaga tanah air dari musuh-musuh. Oleh sebab itu, muslim yang hakiki adalah mereka yang menjaga saudaranya, nyawanya, dan hartanya.” lanjut pemimpin An-Nur Center for Studies and Research.

Selanjutnya, moderator membuka sesi pertanyaan kepada audien. Sebelum beranjak ke Narasumber yang kedua, Sebagai tanda Terima Kasih panitia memberikan Syahadah Syukr Wa takdir yang dalam hal ini di berikan Oleh Ketua PPI Hadhramaut Jihadul Muluk.

Lalu beranjak pada narasumber kedua, Dr.Muhammad Abdul Qadir Al-‘Idrus. Beliau memaparkan makna Tanah Air : “Tanah air adalah tempat tinggal dalam letak geografis. Maka, cinta tanah air adalah cinta akan tempat yang ditinggal dan didirikan, termasuk mereka yang juga tinggal ditempat tersebut. Prinsip utama dalam cinta tanah air adalah saling mendukung satu sama lain, saling membantu untuk kebaikan muslimin, ta’at dan kebebasan.” papar mantan dekan fakultas Syari’ah wal Qanun Univ. Al-Ahgaff.

Ditambahkan dengan sesi dialog interaktif, audien semakin semangat dengan dibukanya sesi ini. syahadah syukr wa takdir pun di berikan Kepada Narasumber yang kedua ini dalam hal ini di berikan Oleh ketua PCI NU Yaman , Imam Rahmatulloh. Hingga pada akhirnya acara selesai pukul 23.00 KSA dan moderator pun menutup acara dengan membacakan sebuah syi’ir tentang lambang merah putih.(red/Azizi)

Posting Komentar

0 Komentar