Tarim- Selasa
(22/4) lawatan KH. Mahfudz Syaubari ke Yaman pada beberapa waktu lalu, sengaja
dimanfaatkan para pelajar Indonesia untuk mengisi seminar ilmiah. Pengasuh Pondok
Pesantren riyadhul Jannah Pacet Mojokerto ini, selain mempresentasikan konsep
ekonomi islam menuju kemandirian pesantren, beliau juga memberikan contoh
konkrit yang sekarang bisa disaksikan. “Puluhan restoran, perkebunan, hasil
perternakan, pertanian yang kini digeluti dipesantren kami merupakan
pengembangan pola ekonomi yang pernah diajarkan rasul”, begitu terang kyai
dalam presentasi. Makna zuhud, wara’ bukan berarti tak punya harta, dengan
gubuk yang reot, baju nan kusut, konotasi ini terbantahkan oleh apa yang
dipraktikkan nabi, tambahnya. Berapa emas kawin yang diberikan rasulullah
kepada Siti Khadijah, 200 onta, apakah nabi miskin?, bukan tentunya.
Hutang
Negara Indonesia yang dilansir pada tahun 2013 mencapai 2300 T, hutang ini akan
sulit terlunasi melihat PR dan penyakit bangsa yang kini kiat akut. Apalagi
kalau pesantren akan menggantungkan biaya operasional dengan proposal ke
pemerintah, menurutnya sulit. Negara Indonesia yang terkenal dengan gemah
ripah loh jinawi (baca ; jawa. red) kini sudah terjajah oleh investor
asing, data menunjukan bahwa kekayaan Indonesia sudah sekitar 60% dikelola warga
asing, bagaimana kita akan melunasi hutang Negara yang sudah menumpuk?, sulit.
Maka, dengan seminar kemandrian pesantren, yang kini kapasitas pesantren
sebagai lembaga pendidakan harus mulai sadar untuk membangun kedaulatan bagi
bangsanya.
Acara yang
berlangsung di Sutuh Asrama Universitas Al-Ahgaff ini, cukup menyedot banyak
diskusan. Akhirnya seminar ditutup sampai jam 23.30 KSA dengan doa bersama, dan
penyerahan cinderamata dari PPI Hadhramaut. (M. Abdul Muhith/ wartawan ppi
yaman)
1 Komentar
Berita apa ini ya... kok nggak jelas unsur 5 W 1 H
BalasHapus