Hadhramaut – Selasa (21/ 03)
pukul 04.00 dini hari, sebanyak 51 warga negara Indonesia yang
tergabung dalam dua bis berhenti di sebuah flat di distrik Fuwwah,
Mukalla, Prov Hadhramaut, Yaman. Mereka adalah pelajar-pelajar yang akan
melanjutkan studinya di berbagai lembaga pendidikan di Hadhramaut ini.
Hal itu disampaikan Yusuf Zainuddin, Mahasiswa tingkat III Univ. Al
Ahgaff yang saat ini berdomisili di Mukalla melalui telepon seluler.
Mahasiswa asal Pekalongan itu juga menyebut Tuan Guru Yusuf Makmun,
Pengasuh Ponpes Nahdhatul Wathan Hamzan Wadi, Lombok Timur, Nusa
Tenggara Barat yang turut ikutserta menemani pelajar-pelajar tersebut dalam perjalanan.
Sementara itu, Muchammad Sholahuddim, pelajar baru yang tergabung dalam
rombongan itu, seperti yang diwawancarai Infokom Ppi menjelaskan
kronologi perjalanannya. “Kami berangkat dari Indonesia Minggu. Rutenya
Jakarta-Muscat- Shalalah (Oman) dan menuju Mukalla (Yaman) dengan menempuh 20 jam perjalanan darat.” Jelasnya.
Terkait kebetahan atau tidaknya di bumi tandus ini, menurutnya, memang
sangat dibutuhkan penyesuaian diri dengan lingkungan. “Iya, ini lagi
tahap penyesuaian diri dengan lingkungan, Kang.” Tutupnya.
Oleh karena itu, kami atas nama pelajar Indonesia di Hadhramaut mengucapkan Selamat Datang kepada pelajar-pelajar
baru di Bumi Hadhramaut. Semoga betah dan diberi taufiq oleh Allah
dalam menimba ilmu yang bermanfaat untuk agama, negara dan bangsa.
Allahumma amiin.
Mengapa Harus ke Hadhramaut?
Hadhramaut
merupakan sebuah provinsi yang berada di Republik Yaman. Secara
lahiriyah, tak ada yang istimewa darinya; teritorial, cuaca, dll. Namun
siapa sangka, Hadhramaut menyimpan banyak permata yang hingga saat ini
masih sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Terutama manhajnya, yang kita
kenal akhir-akhir ini dengan sebutan Manhaj Hadhramaut.
Manhaj Hadhramaut adalah metode ulama-ulama Hadhramaut dalam berpikir,
bertindak dan lainnya yang sesuai dengan manhaj Rasulullah saw dan
sesuai tuntutan salaf saleh. Manhaj ini telah terpopuler ratusan tahun
lalu, hingga manhaj tersebut masih melekat pada lembaga-lembaga pendidikan di Hadhramaut yang ada saat ini.
Ada beberapa lembaga yang menjadi tujuan utama pelajar Indonesia;
Ribath Tarim, Dar Al Musthafa, Madrasah Alaydrus, Univ. Al Ahgaff,
Ribath Al Fath wa Al Imdad dan lain sebagainya. Selain belajar ilmu agama, lembaga-lembaga
tersebut juga selalu menekankan pembelajaran ilmu batin (tasawuf –red)
serta menuntun anak didiknya berdakwah menyebar keagungan Islam bil
mau’idhah wal hasanah.
Hal itu bukanlah metode modern.
Ratusan tahun lalu, dakwah dengan kesejukan dan mau’idhah hasanah telah
diaplikasikan oleh ulama-ulama Hadhramaut di beberapa negara, tak
terkecuali Indonesia. Di Bumi Pertiwi, kita mengenal para walisongo
sebagai dai-dai pembawa panji perdamaian, yang kalau dirunut
silsilah-silsil ahnya, maka akan kita dapati muaranya di Hadhramaut ini.
Tak hanya ulama, masyarakat awamnya juga sangat teguh berpegang pada ajaran-ajaran Rasulullah saw. Pembahasan-pemb ahasan fikih dan tasawuf tak hanya menggelinding sebuah teori, tapi juga terjelma dalam keseharian masyarakatnya.
“Saya kira, tak hanya Indonesia, Manhaj Hadhramaut sangat cocok untuk
umat Islam seluruh dunia saat ini. Sudah lama di sini, tapi saya gak
pernah mendengar ulama setempat menyuruh kita ber-radikalisme . Bahkan, mereka tidak senang kepada kelompok-kelomp ok yang mengatasnamakan
Islam, namun secara tidak sadar, mereka telah memperburuk citra Islam
itu sendiri dengan cara dan metode yang digunakan.” Ujar Maksum saat
ditanyai terkait pengaplikasian manhaj Hadhramaut di Bumi Pertiwi
tercinta. (Aidil Ridhwan)
0 Komentar