Juara 2 Sayembara Cerita Mini Internasional PPI
Yaman
Rumah Pasir yang Terhempaskan
By: Noorhani Dyani L.*
Maaf Dara keputusan aku sudah bulat, karena kita
bersahabat dari kecil maka aku sudah menganggap kamu sebagai adik, Jaka berkata
lembut pada Dara gadis yang sekarang sudah berusia dewasa. Gadis kecil teman
bermain di sepanjang pesisir pantai pasir putih dari siang hingga senja
menjemput. Bahagia dan kesedihan telah tereguk bersama. Tapi waktu memang tidak
bisa dilogika.
Saat sang ayah mereka pergi berhari-hari berlayar
mencari ikan-ikan guna menopang hidup yang semakin berat. Selalu Dara dan Jaka
menanti dengan berharap sang ayah akan membawa ikan-ikan yang banyak dan mereka
bisa tetap sekolah. Sepanjang hari membuat istana pasir dan kadang terbesit cemas
tersirat dari sorot Dara kecil karena tiba-tiba tanpa aba-aba rumah istananya
harus lenyap terhempas gelombang yang mendadak pasang.
Jaka tahu Dara menangis bukan karena istana Ratu
Pelita dia kerap sebut yang sudah di bangun sedari siang hingga sore begitu
mewah hancur tanpa bekas. Larut melebur bersama pecahan butiran pasir yang
melumer kembali menjadi daratan.
-Tenanglah Dara, ayah kita akan
pulang dengan sela-mat. Aku akan selalu menjagamu. Jaka lebih tua tiga tahun
mendekap Dara dengan sayang.
Kenyataan malam itu dan selanjutnya sang Ayah memang
tidak pernah kembali, hancurnya istana Ratu Pelita disuatu senja memuncak bagai
isyarat sang penopang hidup harus kembali pada Dzat Penciptanya.
Jaka memeluk Dara erat,
-Kita sama-sama kehilangan Ayah.
Apapun yang terjadi kita harus berjuang untuk memenangkan pertaruhan hidup,
Adikku .
Dara tahu Jaka pun ternyata tidak sanggup
mem-bendung air matanya yang mengalir deras. Dara tahu betapa Jaka sangat
mencintai ayahnya yang selalu berusaha mem-buatnya dia bahagia dengan berbagai
mainan yang dia beli walau sederhana apabila hasil tangkapan ikannya melebihi
harapan. Sedikit uang sisa untuk menyenangkan puteranya.
Tujuh belas tahun berlalu, Dara masih menanti Jaka
dengan janjinya. Jaka tidak lagi bisa menemaninya bermain istana pasir, mencari
kerang, meronce kerang-kerang menjadi kalung atau sekedar berlarian mengejar
kepinting-kepinting hingga persinggahan terakhirnya.
Jaka dipungut oleh saudagar kaya, disekolahkan dan
kini hadir menawan dengan kulit yang bersih terawat, tidak selegam sewaktu
meninggalkan desa pesisir pantai.Tidak lagi tercium bau khas anak pantai yang
diam-diam Dara suka semenjak pelukan pertama masa kecil ketika kepergian ayah
mereka.
Di depannya pria yang wangi, Dara tidak tahu wangi
apakah yang tengah membuat hidungnya gatal. Jaka tujuh belas tahun sudah
berubah. Dan Dara tetaplah gadis pantai yang berharap bertemu dengan lelaki
masa kecilnya yang akan terus memeluknya.
Dan Dara pun sadar ketika Jaka kembali mengulang
perkataannya -Maaf, Dara, keputusan aku sudah bulat. Karena kita
bersahabat dari kecil maka aku sudah menganggap kamu sebagai adik…
-Tanpa engkau berkata maaf aku
sudah tahu, Jakaku tujuh belas tahun lalu pun telah hilang... Dara menjawab.
(Nenny
Makmun – Bursa
Efek Jakarta 02/02/2012)
*
Penulis bernama asli Nenny Makmun, beralamatkan di DKI Jakarta
0 Komentar