Oleh : AMZ, Sekarbela City
Warna langit memudar dengan bergesernya matahari ke upuk barat. Sore itu Rijal bersama teman-temannya baru usai tadarusan Qur'an di sekolahnya.
Berkisar setengah jam dari waktu berbuka semua kegiatan selesai. Triakkan kenalpot motor dari parkiran terdengar sampai musola sekolah. Tak heran karena panggilan ingin segera berbuka.
Rijal bergegas menelusuri kelas kosong yang berjejer di lorong bangunan, rerumputan liar di taman tak kalah riangnya untuk menyambut waktu berbuka yang segera tiba.
Rijal pun sudah memutar arah motornya, menghadap pintu gerbang sekolah. Dengan pelan tapi pasti dia menjalankan motornya. Tak sengaja matanya melirik gadis berjilbab hijau sedang menunggu di pinggir jalan. Berdiri di pelataran jalan yang tak jauh dari pintu gerbang sekolah. Lalu Rijal mengambil haluan kearahnya seraya menyapa "Sofia, kenapa belum pulang?".
"Iya nih, nomor rumah gak bisa di hubungi" jawab Sofia dengan wajahnya yang menunduk.
"Terus bagaimana kamu mau pulang. Ini sudah mau azan loh"
"Gak tau juga. Tapi aku sudah kirimkan pesan ke nomor ibu untuk menjemputku".
Dengan mengkerutkan jidatnya Rijal merasa iba dengan temannya satu kelas itu.
"Hayo sudah, aku antar pulang. Biar gak kemalaman"
"Tapi..."
"Mau gak, ini sudah keburu azan loh"
"Ya sudah, aku kirim pesan lagi biar aku gak di jemput".
Setelah dari perbincangannya, merekapun beranjak dari gerbang sekolah. Melewati perempatan jalan pendidikan dan terus melaju ke barat seakan beradu cepat dengan matahari yang akan tenggelam. Tapi matahari tetap saja lebih cepat, di persimpangan jalan dia mendapati azan berkumandang.
Rijal pun membuka kaca helmnya dengan menghembuskan nafasnya.
"Kita buka dulu ya. Soalnya nanggung juga nih".
"Terserah yang ngasi tumpangan aja" dengan senyuman Sofia menjawab.
Tak kalah Rijal juga membalas dengan senyuman.
Setelah berbuka dan mengantar Sofia pulang. Dia pun pulang kerumah dengan riang.
###
Langkah Rijal menuju kamarnya terhenti dengan panggilan ayahnya yang ada di ruang tengah sedang duduk bersama ibunya. Tanpa meneruskan langkah kakinya kekamar, Rijal menemui orangtuanya terlebih dahulu.
Tanpa basa basi bapaknya menegur "tadi pulang sama siapa Jal?". "Sammmmmmm....a.. teman pak. Kenapa ?"
"Bapak tadi lihat kamu di persimpangan dan sekarang bapak ingin menyita motor dan hp mu dulu".
"Maaf pak. Saya lupa peraturan"
"Serahkan dulu, nanti jelaskannya"
"Sumpah pak, saya gak ngelakuin apa-apa. Jadi jangan di ambil gitu"
"Walaupun gak ngelakuin apa tapi serahkan dulu. Ini sudah perjanjian kita. Jangan coba ingkar janji kerena Allah selalu tahu"
Astagfirullah.. gumam Rijal dengan berbisik pada dirinya.
Ibu menimpali "anakku, berikan dulu sama bapak. Setelah kamu jelasin mungkin bapak bisa meringankan"
"Bener bu, saya gak ngelakuin apa-apa. Saya hanya ngantar dia pulang"
"Benar cuma itu kalian berduan?"
"Saya buka bareng juga sama dia bu, di warung persimpangan" tampang Rijal yang mulai kecut dengan pertanyakan yang diajukan.
"Anakku, ingat ya. Tak ada yang menjamin mu selamat dari fitnah. Walau menurutmu gak ngelakuin apa-apa, tapi bersentuhan dan gejolak perasaan saat kalian bersama tak mungkin terelakkan. Jangan merasa aman dari perangkapnya setan. Dia yang menjebloskan Nabi Adam, apalagi kita yang bukan nabi. Jadi sekali lagi jangan merasa aman dari fitnah. Jangan lagi mendakati zina dengan berduaan dengan yang bukan muhrimmu. Ingat Allah yang langsung menegakkan larangan ini dalam firmannya, bukan bapak atau ibu"
Rijal hanya mengiyakan sambil menunduk. Tak bisa berkata apa-apa lagi. Motor dan hp nya disita selama 3 bulan karena melanggar peraturan keluarganya yang di buat. Sambung bapaknya "kami lebih takut kamu tidak merasakan nikmatnya surga, dibanding kamu gak bisa merasakan kemewahan dunia yang sementara ini".
1 Komentar
kak. klo boncngan dg driver ojek online bagaimana?
BalasHapus