Polemik
Mahasiswa Syariah Di Era Globalisasi
“Kuliah
Umum DR. Jamal Faruq di Universitas Al-Ahgaff Tarim ”
Dinamika
sosial budaya dengan berbagai problematika yang kian menggeliat di repelika
kalangan mahasiswa syariah era globlasasi patut untuk dijadikan sebuah PR.
Tantangan zaman yang makin menggerus, menuntut mahasiswa harus bers
ikap kritis dan peka terhadap realitas. Duduk dibangku perkulihan bukan sekedar mengejar derajat caumlaude ataupun peringkat sosial, lebih dari itu amanah keilmuan yang dipundaknya sangatlah berat.
3
faktor terpenting seseorang dalam tahsilul ilm yaitu; idrok (kepekaan),
masail (problematika), malakah (skill/kemampuan) tutur DR. Jamal
Faruq. Tarim- Rabu (6/11) dosen asal universitas islam ternama di dunia
Universitas Al-Azhar Mesir berkesempatan isi kuliah di Al-Ahgaff. Siang sekitar
pukul 11.30 KSA auditorium fakultas syariah dan hukum dipadati seluruh
mahasiswa Al-Ahgaff, hadir disana DR. Muhammad Abdul Qadir Al-Aydrus, DR.
Abdurrahman Assegaf, Al-Habib Abdurrahman Toha Al-Habsy.
Tampil
berwibawa dengan gamis putih dan jubbah hitam sang Doktor berikan kutipan
tafsir dalam surat An-Nur. Kupas tuntas tentang kemulian orang berilmu, dan
berbagai kajian ilmiah tentang tafsir. Tidak hanya terbatas memberikan kuliah
umum saja, dalam kunjungan pertemuan da’I Internasional yang digelar di
perguruan Darul Musthafa ini, DR. Jamal juga tak segan-segan membuka dialog terbuka
pada kesempatan tersebut.
Sebuah
pengembaraan yang membutuhkan banyak pengorbanan, mulai dari waktu, harta, dan
tenaga. Itulah memang yang dipunggung-punggung para pencari ilmu. Tidak sebatas
itu, berbagai problem, dan aturan yang memasung rasa keingin-bebasan juga
terkadang menjadi sebuah rintangan tersendiri bagi sebagian mahasiswa.
Memberikan sebuah cerita menarik, mampu melecutkan kobaran semangat dalam
kesempatan tersebut sang Doktor juga bagi-bagi kisah unik. Diceritakan salah
seorang mahasiswa saat menerima sepucuk surat dari desanya, sang guru melarang
untuk membukanya. Saat sang mahasiswa itu paripurna dalam belajarnya barulah
diberi ijin untuk membuka surat yang masuk satu persatu. Dibukalah surat yang
pertama ayah kesayangannya meninggal, surat kedua kakeknya, lalu ibunya, dan
kabar teman-teman yang lainnya. “menangislah sampai kering air matamu orang
rang yang kamu cintai yang telah tiada kini akan bahagia dengan apa yang kamu
dapat sekarang”, kata sang guru.
Dalam
kaca mata DR. Jamal ada hal yang paling urgen bagi sang mahasiswa untuk meraih hakikat
ilmu, Al-Ustadz (sang Dosen), At-tholib (mahasiswa), manhaj
(metodologi), kitab/muqorror (silabus), dan jau ilmi (suasana
ilmiah). Suasana ilmiah inilah yang sekarang mulai terkikis oleh benturan
modernisasi zaman. Kontaminasi yang kian ganas, tak sadar seorang penuntut ilmu
dihadang sebuah polemik yang akut. Dalam menghadapinya sang murid harus tetap
konsisten dan mampu mempertahankan amanah keilmuannya sampai pada khalayak
dalam pertanggung jawabannya. Karena ummat telah menunggu sosok-sosok yang
paham syariah serta mampu menjawab tantangan era kekinian. Akhirnya kuliah umum
ini ditutup dengan doa bersama yang dipimpin beliau langsung sekiatr jam 13.00
KSA.
(M.
Abdul Muhith/Ka. Infokom PPI)
0 Komentar